Saturday 24 January 2015

Buku Pelajaran untuk Diklat Kepelautan


Pendahuluan:
Sejak diberlakukannya STCW (Standards of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers) tahun 1978 amandemen 1995, banyak institusi diklat kepelautan yang mengalami kesulitan di lapangan dalam mengimplementasikannya. Para pengajar harus bekerja keras untuk menyiapkan bahan ajar yang mengambil dari berbagai sumber, agar sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh STCW. Mata pelajaran banyak yang berobah judul, dan kompetensi yang harus dicapai tentunya juga berobah. Namun buku panduan belum ada. Bagi para peserta diklat, juga harus bekerja keras untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan tanpa adanya buku pegangan yang memadai. Ujian negara, atau ujian kompetensi dan sertifikasi pelaut menjadi momok yang menakutkan tidak hanya bagi para peserta ujian, teapi juga bagi para pengajar karena tidak ada keseragaman di berbagai diklat. Walaupun materi pengajaran di semua diklat kepelautan sesuai dengan kurikulum dan silabi yang telah ditetapkan oleh Badan Diklat Perhubungan (sekarang Badan Pengembangan SDM Perhubungan), namun kenyataannya soal yang diujikan oleh DPKP (Dewan Penguji Keahlian Pelaut) banyak yang tidak diajarkan di berbagai institusi diklat.
Pada pertengahan tahun 2006 sampai awal tahun 2007, sewaktu penulis ditugaskan di Bagian Program Pusdiklat Perhubungan Laut (sekarang Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Laut), dengan bekerja sama dengan Universitas Terbuka Jakarta, berusaha membuat buku bahan ajar, dengan harapan ada keseragaman buku pegangan baik untuk pengajar maupun peserta diklat di semua institusi diklat kepelautan se Indonesia. Apabila DPKP membuat soal ujian dengan memperhatikan buku bahan ajar yang ada, tentunya akan lebih mudah melakukan penilaian kemampuan para peserta diklat yang sesungguhnya. Para peserta diklat yang berhasil dengan baik mengikuti diklat tentunya akan lulus dan peserta diklat yang kurang mampu tentunya tidak lulus.
Namun upaya menyusun bahan ajar oleh Pusdiklat Laut tidak berjalan sesuai dengan harapan, sehingga sampai saat ini buku-buku bahan ajar untuk diklat kepelautan se Indonesia masih belum seragam. Penulis berusaha secara individu untuk menulis buku-buku pelajaran untuk diklat kepelautan. Pada awalnya buku-buku tersebut kami gunakan untuk mengajar, tetapi belakangan, tanpa sepengetahuan penulis, buku-buku itu digandakan dan beredar dimana-mana. Kalau nama penulis tidak diganti, penulis tidak memasalahkan. Anggap saja amal dapat membantu teman-teman dalam mendalami ilmu kepelautan. Namun sayangnya nama penulis diganti dan dihilangkan.

Penulisan buku pelajaran
Pada tahun 2014, penulis mencoba untuk menyusun ulang buku-buku yang dulu pernah ditulis. Akhirnya  sampai akhir tahun 2014, penulis mampu menyelesaikan 3 (tiga) buah buku pelajaran:

1.      KOMPAS DAN SISTIM KEMUDI
Yang melatarbelakangi penulisan ini adalah bahwa penulis belum pernah menemukan buku tentang pedoman kapal yang komprehensif, termasuk bagaimana cara mengoreksi pedoman apabila kapal sedang berlayar. Mengapa Bottom-Heavy Controlled Gyro Compass lebih banyak dikembangkan dibandingkan dengan Top-heavy Controlled Gyro Compass? Dikenalkannya pedoman-pedoman baru dikapal niaga seperti misalnya Flux Gate Compass, Ring Laser Gyro Compass dan Satellite Compass, belum tersentuh di kelas-kelas yang membahas tentang pedoman. Dari mana ketentuan itu berasal, juga tidak pernah diungkapkan di kelas.

2.      SISTIM KOMUNIKASI MARABAHAYA DAN KESELAMATAN MARITIM GLOBAL (GMDSS)
Sejak diberlakukannya konsep GMDSS, telah banyak perobahan-perobahan yang terjadi. Misalnya: tidak diberlakukannya Inmarsat-A, penambahan NAVAREA, pemberian identitas untuk personal DSC, pemberlakuan IAMSAR Manual yang menggantikan MERSAR Manual, dan lain-lain. Penulis memiliki pengalaman sebagai Wakil Ketua siding sub Komite Radio Communication and Search and Rescue di IMO di tahun 2010 – 2011. Termasuk rencana bergabungnya penyedia satelit IRIDIUM dalam layanan GMDSS. Pengalaman mengikuti siding di IMO dan IMSO menjadi dorongan kuat pada penulis untuk menulis buku GMDSS.

3.      SISTIM NAVIGASI ELEKTRONIKA
Sistim Navigasi Elektronika adalah salah satu pelajaran yang mungkin tidak disenangi oleh para peserta diklat kepelautan (mungkin juga oleh para pengajarnya). Selain itu, sejak beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa peralatan navigasi elektronika yang disyaratkan oleh IMO yang dituangkan kedalam konvensi SOLAS 1974 (yang sudah di amandemen). Kurikulum dan silabus sulit untuk mengikuti perkembangan teknologi peralatan navigasi ini karena hampir setiap tahun berobah. Peralatan lama yang sudah tidak disyaratkan di SOLAS misalnya Decca, Loran dan RDF masih diujikan, tetapi peralatan modern seperti VDR, LRIT dan BNWAS tidak diajarkan. AIS, yang tidak masuk kedalam kurikulum sering diujikan di ujian kompetensi. PRS, hanya diketahui oleh mereka yang belajar tentang Dynamical Position System. Oleh karena itu, penulis berupaya memasukkan materi-materi baru tersebut ke dalam buku bahan ajar.

Penutup
            Penulis menyadari bahwa buku-buku yang penulis selesaikan tersebut juga belum sempurn. Oleh karena itu, penulis berharap agar teman-teman pengajar yang lain dari berbagai institusi diklat kepelautan bersedia membantu menyempurnakan, dan bersama-sama menulis buku yang dapat digunakan disemua institusi diklat kepelautan secara seragam. Bagi pembaca yang berminat pada buku tersebut dapat menghubungi penulis di 081315353556 atau email: hadispri06@gmail.com